Tempat Terapi

Selama saya hidup, saya tidak pernah tahu tempat terapi itu seperti apa. Saya pernah ke rumah sakit, rumah duka, tempat panti asuhan, panti jompo… Tetapi tempat terapi adalah salah satu tempat yang berhasil menyesakkan dada saya ketika saya berada di sana.

Waktu pertama kali menjejakkan kaki saya ke tempat terapi, untuk mencari satu buat Jr, saya baru menyadari betapa heart broken nya saya. Ada anak yang duduk diam saja, ada anak yang lagi tantrum, menangis dengan loncat-loncat di tempat, ada anak sekitar 3 tahun, yang berjalan terpincang-pincang dengan tangan yang terlipat, seperti orang tua yang kena stroke! Ada anak yang agak besaran, tidak bisa bicara, terdengar mengaing-ngaing dan tidak bisa berjalan, hanya merangkak. Sungguh bukan sesuatu yang lucu kalau melihat anak sekitar umur 8 tahun merangkak… Ya Tuhan, kasihanilah mereka…. Kasihanilah kami…

Sekali, dua kali, setelah berminggu-minggu berada di tempat terapi, saya merasa benci! I hate this place! I hate to come to this place! Saya merasa kasihan dengan anak-anak ini. I love children very much… Tetapi melihat anak-anak dengan kondisi seperti itu hati saya tidak enak!

Tetapi sungguh, tidak ada yang bisa saya lakukan … Saya merasa prihatin, juga terhadap orang tua mereka …. Saya baru menyadari betapa berat hidup mereka, hidup orang tua dengan anak berkebutuhan khusus ….

Ketika saya menunggu Jr terapi, saya menghabiskan waktu dengan membaca tentang apraksia. Saya melihat para orang tua, suster-suster di ruang tunggu sibuk dengan gadget mereka masing-masing. Tetapi saya mulai sadar, mengapa kita tidak meringankan beban satu sama lain…dengan ngobrol misalnya. At least, itu sesuatu yang bisa saya lakukan di tempat ini.

Saya mulai memberanikan diri mengajak bicara seorang mama yang duduk di sebelah saya. Kita sama-sama menunggu anak-anak kita yang sedang terapi di ruang tunggu. Berbicara dengan mereka membuat hati saya agak terbuka, agak lega, tidak sesesak waktu awak-awal dulu. Setiap kali saya menunggu, saya akan berusaha dan menyempatkan diri untuk mengajak bicara dan mendengarkan mereka bicara. Setelah beberapa waktu, saya merasa sudah bisa menerima tempat terapi😉. Sampai ada yang berkata kepada saya apakah saya kenal semua orang tua di sini 😀

Masalah Berbahasa (Language Issue) – Bagian 2

Seorang anak dengan gangguan/kelainan berbahasa (language disorder) mungkin memiliki beberapa gejala di bawah ini.

Anak-anak dengan gangguan/kelainan bahasa reseptif memiliki kesulitan di dalam pemahaman. Anak-anak itu mungkin:

  • tampak tidak memperhatikan ketika orang lain berbicara kepadanya
  • tidak mempunyai ketertarikan ketika orang lain membacakan buku
  • memiliki kesulitan di dalam mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain
  • mempunyai kesulitan di dalam mengikuti perintah (following direction) dari orang lain
  • mengulang frase yang dikatakan oleh orang lain kepadanya (ekolalia/echolalia)
  • mempunyai masalah di dalam mengkoordinasi pikiran mereka

Anak-anak dengan gangguan/kelainan bahasa ekspresif mempunyai kesulitan di dalam mengekspresikan apa yang mereka pikirkan atau butuhkan. Anak-anak itu mungkin:

  • memiliki kesulitan menggabungkan kata-kata untuk membuat kalimat, atau kalimat mereka sangat sederhana dan pendek dan beberapa tata letak kata-katanya kadang salah
  • memiliki kesulitan di dalam menemukan kata yang tepat ketika berbicara, dan mungkin mereka banyak berkata ‘hem’
  • memiliki kosakata di bawah level dari anak-anak seumuran
  • menggunakan frasa tertentu secara berulang-ulang, dan mengulangi (echo) sebagian atau seluruh pertanyaan
  • memiliki masalah di dalam menceritakan ulang suatu cerita
  • memiliki masalah di dalam memulai perbincangan atau tetap di dalam suatu perbincangan

Penyebab:

Pada umumnya, penyebab dari gangguan/kelainan berbahasa tidak diketahui, dan disebut a developmental language disorder. Tetapi beberapa pemikiran mengungkapkan adanya beberapa faktor yang bekerja secara kombinasi seperti genetik, biologis, lingkungan, dan sebagainya.

Penyebab gangguan/kelainan berbahasa yang diketahui penyebabnya adalah seperti tuli, gangguan/kelainan neurologi, down syndrome, autis atau semacamnya.

Efek:

  • Anak dengan gangguan/kelainan berbahasa akan mengalami kesulitan dalam membaca dan belajar (learning difficulties).
  • Masalah gangguan/kelainan berbahasa pada anak-anak bisa juga merupakan tanda awal dari ketidakmampuan belajar (learning disability). Ketidakmampuan ini disebabkan oleh otak yang bekerja secara berbeda.
  • Anak-anak ini mungkin akan mengalami masalah dalam kehidupan sosial mereka dan cepat atau lambat akan menjadi masalah perilaku yang parah pada anak.

Assessment oleh SLP

Anak dengan gangguan/kelainan berbahasa (language disorder)  perlu ditolong. Langkah awal yang harus dilakukan ketika orang tua merasa anaknya berbeda dari anak lain adalah membawanya sebisa mungkin ke seorang patologi wicara dan bahasa (SLP, Speech-Language Pathologists). Perlu ditekankan bahwa yang bisa melakukan assessment secara menyeluruh adalah SLP, bukan terapis wicara/bahasa, bukan dokter anak, bukan dokter neurologi anak.

Mengapa SLP? Karena masalah gangguan/kelainan wicara/berbahasa adalah masalah yang kompleks. Terdapat banyak variasi, jenis, tipe dan tingkat keparahan pada masalah gangguan/kelainan wicara dan bahasa. Dan terapis atau dokter anak tidak mempelajari semua itu.

Apa yang dilakukan SLP? SLP akan melihat beberapa hal berikut:

  • apa yang dimengerti anak (bahasa reseptif)
  • apa yang dikatakan anak (bahasa ekspresif)
  • apakah anak juga berkomunikasi dengan cara lain seperti menunjuk, menganggukkan kepala, menggelengkan kepala dan seterusnya
  • perkembangan suara dan kejelasan wicara
  • status oral motor anak (mulut, lidah dan sebagainya baik yang diperlukan untuk berbicara maupun menelan))

Tujuan dari assessment adalah:

  • untuk menentukan apakah anak mempunyai masalah berbahasa
  • untuk mengetahui secara spesifik area mana yang bermasalah
  • untuk memperkirakan penyebab masalahnya
  • untuk membuat goal/target perencanaan terapi yang akan dilakukan

What Next?

Terapi, Terapi dan Terapi … Itu yang diperlukan anak!

Dengan terapi, anak akan berkomunikasi dengan lebih baik. Ketika anak dapat berkomunikasi dengan lebih baik, satu hal yang pasti, perilaku anak akan lebih baik.

Berapa lama? Bisakah berkomunikasi normal seperti anak-anak seumurnya? Hal ini tidak ada yang tahu. Semua bergantung pada kondisi anak, terapi yang dilakukan, lingkungan anak dan pertolongan orang tua (juga anggota keluarga yang serumah) yang setiap harinya berkomunikasi dengan anak.

Tips

Beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak (yang kadang harus direncanakan atau dikondisikan):

  • mendengarkan dan meresponi anak dengan baik
  • berbicara, MEMBACA dan bermain dengan anak
  • berbicara tentang apa yang sedang kita lakukan dan apa yang anak sedang kerjakan
  • merencanakan komunikasi 2 arah dengan bertanya kepada anak
  • menggunakan banyak kata-kata yang berbeda
  • menggunakan kalimat yang lebih panjang ketika anak juga bertambah besar
  • mendengarkan lagu-lagu dan menyanyi bersama
  • mengkondisikan anak untuk bermain dengan anak lain (yang lebih suka mengoceh)

Berapapun usia anak Anda, mengenali dan mencari bantuan sesegera mungkin adalah langkah terbaik yang bisa Anda lakukan untuk menolong anak Anda. Dengan terapi yang tepat, anak Anda akan lebih mampu berkomunikasi dengan Anda dan mungkin kepada seluruh dunia.

Catatan: Pada umumnya yang terjadi di Indonesia, anak diperiksakan ke terapis wicara atau dokter neurologi anak atau dokter tumbuh kembang anak. Asalkan mereka dapat memberikan pertolongan dan terapi yang efektif, ini lebih baik daripada anak tidak mendapatkan pertolongan sama sekali. Saya berencana akan menulis tentang SLP secara lebih detil dan menuliskan daftar SLP di Indonesia kalau memungkinkan. Untuk itu, saya membutuhkan bantuan pembaca yang mengetahuinya. Anda dapat mengirimkan nama beserta alamat tempat praktek SLP ke email apraksiadotcom@gmail.com. Daftar yang diberikan pasti akan bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Masalah Berbahasa (Language Issue) – Bagian 1

Seperti yang kita ketahui bahwa apraksia adalah masalah gangguan/kelainan wicara (speech disorder), bukan masalah berbahasa (language). Tetapi tidak menutup kemungkinan kalau anak dengan apraksia mempunyai masalah dengan berbahasa (language), baik itu language delay atau language disorder.

Pada post ini, saya akan membagikan penjelasan ringkas tentang berbahasa (language). Berbahasa yang dimaksud bukan masalah berbahasa Indonesia, berbahasa Inggris atau sebagainya; tetapi berbahasa dalam arti sebagai alat komunikasi.

Bahasa (language) adalah sistem verbal (lisan), tulisan, gestur, tanda-tanda, suara, atau simbol yang digunakan sebagai sarana berkomunikasi. Bahasa dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu bahasa reseptif (melihat, mendengar, membaca) dan bahasa ekspresif (berbicara, gestur, menulis).

Sebelum menjelaskan lebih lanjut, saya ingin memberikan perbedaan antara gangguan/kelainan wicara dan gangguan/kelainan bahasa (speech disorder vs language disorder)

Menurut definisi dari ASHA (American Speech-Language-Hearing Association),

  • Ketika anak tidak mampu menghasilkan suara dengan benar atau lancar, atau memiliki masalah dengan suaranya, maka ia memiliki gangguan wicara (speech disorder).
  • Ketika anak memiliki kesulitan memahami orang lain (bahasa reseptif), atau berbagi pemikiran, ide, dan perasaan (bahasa ekspresif), maka ia memiliki gangguan bahasa (language disorder)

Language Disorder

Perlu diketahui juga seperti adanya keterlambatan wicara (speech delay), ada juga keterlambatan bahasa (language delay). Keterlambatan bahasa (language delay) berbeda dari gangguan/kelainan bahasa (language disorder).

Anak dengan keterlambatan bahasa (language delay), akan mengalami perkembangan berbahasa seperti anak-anak lain seumurnya, tetapi lebih lama (terlambat).

Anak dengan gangguan/kelainan bahasa (language disorder), perkembangan bahasanya tidak berkembang secara normal. Anak mungkin memiliki hanya beberapa kemampuan bahasa. Atau, cara di mana kemampuan berbahasa anak ini berkembang berbeda dari semestinya.

Di bawah ini adalah Tabel Perkembangan Bahasa Reseptif dan Bahasa Ekspresif Anak Balita

langdev

Catatan:

  • Anak yang mengalami gangguan/kelainan bahasa (language disorder), bisa hanya secara reseptif saja, ekspresif saja atau keduanya reseptif-ekspresif.
  • Menurut statistik Amerika, 1 dari 20 anak memiliki gejala gangguan/kelainan bahasa (language disorder)
  • Gangguan/kelainan bahasa (language disorder) jarang disebabkan karena kurangnya intelegensi anak
  • Ekolalia (Echolalia) yang bersifat bukan sementara merupakan salah satu language disorder.