Terapi wicara yang bagaimanakah yang sesuai untuk anak dengan apraksia?
Perlu diketahui bahwa seperti ada bermacam-macam dokter, terdapat beberapa macam patologis. Dan setiap patologis mempunyai strategi dan metode terapi wicara yang berbeda-beda.
Strategi Terapi Wicara
Terdapat beberapa strategi di dalam terapi wicara. Strategi naturalistik dan strategi direktif cocok untuk anak dengan apraksia.
- Naturalistik
Dalam naturalistik, terapi dilakukan dengan melibatkan bermacam-macam mainan karena bermain adalah media natural bagi anak-anak. - Direktif
Strategi direktif lebih mengarah ke drilling. Strategi ini dilakukan dengan proses terapis mengucapkan kata dan anak mencoba mengulangi kata tersebut.
Metode Terapi Wicara
Sebelum menentukan metode terapi, ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam terapi wicara, yaitu:
- Pendekatan dari bawah ke atas (The Bottom-up Approach)
Patologis akan memulai dari hal yang mudah/mendasar ke tingkatan yang lebih sulit seperti ‘o’ (vokal), ‘mu’ (konsonan-vokal). - Pendekatan hierarki (The Hierarchical Approach)
Patologis akan memulai dari tingkat kemampuan anak, dari kata-kata yang sudah bisa diucapkan oleh si anak
Beberapa metode terapi wicara untuk anak dengan apraksia:
- Prompts-Cue/Touch-Cue Method
- P.R.O.M.P.T. (Prompts for Restructuring Oral Muscular Phonetic Targets)
- Kaufman Method for Childhood Apraxia
- Melodic Intonation Therapy
- Dan lain-lain
Anak dengan apraksia membutuhkan terapi dengan pendekatan multisensori, yaitu anak dapat melihat, mendengar dan merasakan bunyi yang akan diucapkan.
Sampai saat ini masih belum dipastikan terapi-terapi mana yang baik dan efektif karena karakteristik anak dengan apraksia berbeda-beda (ringan/sedang/parah, mungkin juga mempunyai autis, down syndrom dan atau disorder yang lainnya). Oleh karena itu, terapi dibuat secara individual dan dilakukan privat 1 anak 1 terapis (bukan secara grup), secara intensif (paling sedikit 3 kali seminggu), ditambah dengan latihan di rumah oleh keluarga.
Perlu digarisbawahi bahwa ada metode terapi yang kurang tepat, yang tidak bisa diterapkan pada anak dengan apraksia, seperti terapi oral-motor (terapi menggerakkan mulut, mengunyah, menelan) karena terapi ini tidak melibatkan produksi suara (kecuali untuk anak dengan oral apraksia).
Untuk kasus yang sangat berat, anak dengan apraksia membutuhkan cara lain untuk mengekspresikan diri mereka seperti dengan menggunakan bahasa isyarat (sign language), menggunakan gambar (PECS, Picture Exchange Communication System), dan/atau alat komunikasi elektronik.